Sore ini hujan…
Guyurannya menepis semua kehampaan, meniupkan aura-aura kesegaran…
Membangkitkan jutaan gairah yang hapir terkubur mati ditelan panasnya gejolak bumi….
Terduduk ku dalam kesendirian, mencoba jauh menerawang ke depan… ya jauh sekali…
Di antara rerintik air hujan, sayup kudengarkan…
Doa…
Yang lebih tepat disebut keluhan…
Dari sang awan hitam,
dia berkata…
ya Allah Tuhanku…
aku berkeluh kesah padaMu…
bukan berarti aku tak ikhlas menjalankan tugasku, membagikan rizki kepada makhluk-makhlukMu di bumi,
bukan pula aku tak puas atas catatan takdirku oleh Mu,..
ya Allah, Kau lah yang Maha Adil di seantero galaksi..
aku yakin keputusanmu adalah yang tebaik buat hamba-hambaMu,
namun, ijinkan aku tuk sedikit mengeluh padaMu…
tak kuasa lagi ku dengar umpatan makhlukMu penghuni bumi ini,
ku tempuh perjalanan ribuan mil tuk membagikan rezeki dari Mu, tapi apa tanggapan yang terlontar dari mulut mereka??
“sial, hujan ga berhenti-berhenti”
Dan segalah sumpah serapah tak tahu diri dari makhlukMu…
Tak terbesit rasa syukur mereka…
atas limpahan karunia dan rezeki Mu…
“Dan dari langit Kami turunkan air yang member berkah, lalu kami tumbuhkan dengan (air) itu pepohonan yang rindang dan biji-bijian yang dapat dipanen. Dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun. (sebagai) rezeki bagi hamba-hamba 9kami) dan kami hidupkan dengan (air) itu negeri yang mati (tandus). Seperti itulah terjadinya kebangkitan (dari kubur)” (Q. S. Qaf : 8-11)
Ya Tuhanku, aku iri pada Bulan, yang selalu mereka puji dalam setiap kehadirannya, tak seperti daku yang selalu dihina….
Sang bulan,
yang tengah mengitari bumi, sedikit terhenyak namanya disebut, dia pun mulai berkata, menepis prasangka yang tercipta….
Wahai saudaraku…
Tak benar sebagian kata-katamu..
Aku tak seberuntung yang engkau duga…
Aku juga kurang lebih merasakan hal yang serupa,
Tak banyak makhluk bumi saat ini yang menghiraukan kehadiranku,
Padahal aku melukiskan banyak pratanda dari kebesaran Yang Kuasa,
Sebagai sarana mengenal Allah dari ciptaannya…
“Dan telah kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah iasampai pada tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.” (Q. S. Yasin : 39-40)
Daku pun memberikan kesetian tertinggi tuk bumi dan makhluknya, kemana pun bumi pergi, aku selalu di sisi tuk mendampingi, kuhabiskan setiap waktu hanya untuknya…
Tapi apa yang kudapatkan??
Pernahkan aku dihiraukan??
TIDAK sekali-kali…
bumi terus berlari….
Kencang…
Mengejar matahari….
Ya Allah…
Aku iri pada matahari…
Panasnya dicari, kepergiannya dinanti…
Apakah harusnya ku berhenti mengitari bumi??
Supaya bumi tahu apa arti memiliki??
Setelah yang bumi punya tak lagi di sisi??
Aku tersenyum…
Menyimak kembali curahan hati para penghuni galaksi…
Matahari pun menyahut…
Wahai sahabatku…
Tak benar pula kata-kata yang kau ungkapkan…
Aku pun tak seberuntung yang kau pikirkan…
Aku berkorban demi bumi dan makhluknya…
Ku bkar diriku sendiri tuk member kehangatan ada mereka,
Dengan kehangatan yang kupancarkan atas izinNya, kugerakkan roda-roda sistem kehidupan di muka bumi…
Tapi apa kata yang terlontar dari mulut mereka??
Bukan syukur atas semua karunia an rezeki,
Tapi umpatan dan caci maki atas panas yang kuberi….
Sesaat semua terdiam dalam kebekuan,
Menanti jawaban dari sesuatu yang tak pasti…
Ya sesaat…
Terpecah keheningan,
Terdengar sahutan dari kejauhan….
Bumi datang ke mengirimkan sinyal-sinyal jawaban…
Wahai saudara-saudaraku yang dirahmatiNya…
Sesungguhnya kita adalah satu nasib, kumpulan orang-orang terbuang,
Dicampakkan dan tak diberi penghargaan oleh makhluk-makhluk yang kita saying…
Aku telah berkorban tak terkira tuk manusia…
Dengan rahmatNya, dijadikan bumi sebagai tempat mereka berkelana mencari rezeki,
Dihamparkan bumi sebagai sumber penghidupan…
Kuberikan semua yang aku punya,
“Dan kami telah menghamparkan bumi dan kami pancangkan padanya gunung-gunung serta kami tumbuhkan di sana segala sesuatu menurut ukuran. Dan kami jadikan padanya sumber-sumber kehidupan untuk keperluanmu, dan (kami ciptakan pula) makhluk-makhluk yang bukan kamu pemberi rezekinya.” (Q. S. Antara lain: Hijr : 19-20)
Tapi apa balasannya??
Semakin manusia rakus dan merusakku membabi buta…
Tak tercermin rasa terima kasih atas semua yang kukorbankan untuknya…
Tak sadar mereka bahwa menikmati dunia itu bagaikan menegak air laut di kala kita dahaga…
Semakin kita menegaknya, semakin dahaga mencengkram leher kita…
Dunia hanyalah fatamorgana, namun kebanyakan mereka tidak mengetahuinya…
Saudaraku…
Kita senasib…
Rang-orang yang tidak mendapat perhatian selayaknya dari orang yang telah kita saying dan kita beri pengorbanan…
Hening kembali…
Mereka saling meratap dan mulai berhenti berharap…
Sejenak kemudian, malaikat menghampir, yang sedari tadi memperhatikan dan menyimak keluhan-keluhan penghuni galaksi…
Dan mulai berkata…
Wahai penghuni galaksi…
Sungguh kedukaan kalian adalah buah hasil apa yang kalian pikirkan…
Ingatlah bahwa Allah adalah sebaik-baiknya tempat berharap dan mencari pertolongan…
Lupakah kalian kepada siaa seharusnya harapan kau gantungkan??
Ingatlah jika kalian berharap mendapat balasan dari makhlukNya, kalian akan kecewa…
Namun jika kalian ikhlas dalam melakukan kebaikan, dan hanya mengharap ridho dari Allah, ketahuilah…
Bahwa Allah Maha kaya dan Allah Maha Pengasih bagi hamba-hambaNya…
Ingatlah kisah manusia terbaik di bumi, Muhammad S.A.W,
tentang keikhlasan dan tidak memperpanjang masalah…
tidak marah ketika harus tidur di depan pintu, beralaskan sorban, karena sang istri tercinta tidak mendengar kedatangannya.
Tetap tersenyum meski tidak mendapatkan makanan tersaji dihadapannya ketika lapar…
Menjahit bajunya yang robek…
Dan banyak lagi…
Kisah tentang pengorbanan yang tiada mengharap balasan dari manusia…
Hanya Allah semata tujuannya…
Semua diam…
Hanya benturan rerintik hujan, yang hampir reda, dengan atap yang terdengar…
Aku hanya tersenyum…
Terkesiap dan kembali dari lamunan panjang…
Kucoba tuk membayangkan,..
Ah sudahlah…
Terlalu panjang aku berangan, terlalu tinggi kugantungkan harapan,
Selesai sudah aku berbayang-bayang…
Kemudian kulangkahkan kakiku tuk kembali ke beraktivitas…
Solo, 30 April 2010, jumat, 11:40 am
Tinggalkan komentar